Napola/Before the Fall (2004)

Note : Halaman blog kami menyiapkan sebuah link untuk mendownload film ini, diakhir artike!

          Selamat malam waktu Indonesia Barat, Tengah, dan Timur, Grey N Blue Box kembali menjumpai anda di halaman ini dalam tulisan tentang revew film, dan untuk film kali ini penulis masih akan membahas film seputar per'Homo'an, film ini masih dari hasil copy dari data teman cewek yang  cukup aktiv mengoleksi film yang bergenre Boys Love/Gay Theme. Do'i seorang yang banyak mengenalkan saya tentang seluk beluk dunia Pelangi atau tentang seputar perGay'an hahahaha, yang awalnya perkenalan kami disebabkan masalah dikampus yang sempat heboh yaitu ada segolongan orang yang menyebarkan gosip tentang saya yang katanya saya seorang homo padahal saya sendiri tidak merasa demikian heran deh gua'nya mah...auuuahhh gelap. Tapi tak apalah saya tidak ada urusan dengan mereka yang menyebarkan fitnah seperti ini pada diriku hehehe...(cielllah...agak mendramatisir gitu). 
         Karena digosipin begitu akhirnya author Grey N Blue Box punya teman cewek yang kebetulan penggemar Boys Love yang pada perjalanannya banyak memberikan informasi tentang hal-hal seperti ini maka lahir'lah blog Grey N Blue Bosss ehh salahhh...Box maksudnya, blog ini sendiri sudah ada sejak tahun 2012 silam, cuman saat itu isi'nya belum jelas mau bahas apa jadi ngak keurus gitu hehehe...dasar emak-emak yah coy suka ngurusin, apalagi kalu ngurusin kamu gue mah paling demen L.o.L, so laman ini dirubah dari isi aslinya yang berkaitan dengan pendidikan, culinary, traveler, de el el (dibaca dan lain-lain yah coy, jangan salah baca ntar kamu salah paham! gak boleh salah paham terus apalagi berpikiran yang tidak-tidak pada orang kwkwkw). Untuk lebih jelas kamu bisa cek blog punya gue yang satu itu di sini http://theboysmagz.blogspot.co.id/ . Nah! untuk Gray N Blue Box sendiri hanya sebagai media berbagi yang lebih kepada tentang dunia hiburan yang secara spesifik mengulas dunia perfileman coy, karena takutnya bila salah menyalurkan pikiran jatuhnya malah ke hal-hal yang negatif sehingga orang-orang yang pernah menyebarkan cerita konyol tentang saya malah merasa menang, hehehehe....Jadi, biar mereka puas! gue sekarang akan banyak membahas tentang itu tapi weittsss tunggu dulu coz Gray N Blue Box gak semuanya kok, bakalan isinya kayak gitu lagian kalau gue pikir-pikir, gue juga gak sesakit-sakit itu amet dan se'abnormal yang orang-orang itu pikirkan tentang gue. Hahaha...sudahlah saya gak pusing sama mereka orang, lagian gak ada ruginya gue kok kaga' berteman sama mereka huaahahaha, justru gue bersyukur akhirnya saya menemukan meteri buat nulis di blog kesayangan saya ini lagi coy, jadi ambil hikmahnya aja yah...ehheemmm..!!!

Nah! intro'nya cukup sekarang kita masuk ke pembahasan kita tentang film yang satu ini...
             Nah, kali ini saya akan mengulas tentang film yang baru saja saya nonton beberapa waktu yang lalu. Judulnya sama seperti photo banner yang saya pajang diatas yaitu Napola (National Political Academy) aka Before the Fall. Film yang diproduseri oleh Viola Jager, dan kedua rekannya yaitu Harald Khugler, Molly von Fhurstenberg, dan mempercayakan kepada sutradara Dennis Gansel
untuk penggarapnya yang pada akhirnya film ini berhasil masuk box office diberbagai negara hingga membuat rumah produksi Seven Pictures yang bekerja sama dengan Constantin Film sebagai pendistribusi meraup keuntungan hingga sekitar 3,8 juta dollar Amerika. Film terbitan Jerman yang dibintangi oleh Max Riemelt dengan Tom Schilling mendapat banyak pujian dari para kritikus film dunia, dengan panjang durasi 114 menit penonton diajak untuk kembali ke zaman sebelum kejatuhan tembok Berlin yaitu dizaman akhir dari puncak Nazi sebelum keruntuhannya.
            Selanjutnya mari kita bahas mengenai alur dari film ini, release pertama kali di tahun 2004 film ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Fredrich
yang berasal dari kalangan masyarakat sipil biasa ia hidup bersama keluarganya pada kategori kelas menengah kebawah di negara Jerman yang kala itu masih berada dalam kendali kekuasaan Hitler di lingkaran Nazi Jerman. Sebagai seorang pemuda yang baru lulus sekolah biasa serta merupakan pemuda biasa pula menjadi seorang pelajar di akademi militer elit khusus Jerman adalah sebuah prestasi dan kebanggan yang terhitung luar biasa. Berkat kemampuannya dalam bertinju serta ditunjang dengan bentuk fisik yang kuat ia akhirnya mendapatkan tawaran dan rekomendasi khusus dari seorang pelatih yang juga merupakan salah satu petinggi disekolah elit tersebut.
Meskipun ia tidak mendapatkan persetujuan dari ayahnya yang merupakan seorang anti ideologi Nazi ia tetap bersikeras bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya kelak, terlebih memang dirinya sangat menginginkan untuk bergabung sebagai seorang siswa di akademi elit militer tersebut meski jalan satu-satunya baginya adalah dengan cara kabur dari rumah untuk dapat
menjadi seorang pelajar di akademi tersebut.
          Untuk mencapai ambisinya tersebut ia selalu memperlihatkan kemampuan tinju yang luar biasa hingga membuat namanya menjadi terkenal dikalangan para elite di akademi tersebut. Sebagai orang yang tidak berasal dari keluarga kaya ia harus berusaha lebih keras dalam menunjukkan kemampuannya, meski harus berlatih dan melakukan uji coba tinju baginya dalam ring tinju jika bukan dia yang mengalahkan lawan-lawannya maka dia yang akan ditumbangkan diatas ring, sehingga ia percaya bahwa harus menjatuhkan lawan dengan cara apapun untuk bertahan.
           Meski sebenarnya Fredrich adalah sosok yang tidak arogan tapi pelatihan dalam sekolah Nazi tersebut tidak memberinya pilihan, dalam pandangannya ia bertahan atau dia akan terlibas hanya itu pilihan baginya. Terlebih pelatihan dalam camp militer elite tersebut tergolong keras dan kejam. Sebagai anak yang tertua dari dua bersaudara dalam keluarganya ia sangat peduli dengan adiknya,
digambarkan bagaimana ia begitu dekat dengan adiknya. Bahkan ia merasa lebih dekat dengan adiknya untuk bercerita tentang dirinya ketimbang dengan kedua orang tuanya yang memang sudah menentang rencananya dari awal, walaupun sebenarnya ia didukung oleh ibunya secara diam-diam, tapi sebagai seorang pemuda yang hidup dalam lingkungan keluarga dibawah kekuasaan otoriter maka hal yang sama berlaku dalam setiap keluarga, dimana anak terkadang tidak memiliki hak untuk menentukan jalannya sendiri kecuali dengan melarikan diri sebagai bentuk perlawanan. Itulah barangkali yang ingin disampaikan oleh para pembuat film ini.
            Lain Fredrich lain pula dengan Albrecth
yang berasal dari keluarga penguasa Partai Regional Nazi Jerman (Mungkin jika kita tarik dizaman sekarang keluarganya/Ayahnya adalah seorang Gubernur atau paling tidak merupakan Panglima Elite Nazi Jerman di wilayah mereka). Baginya terlahir dalam keluarga yang merupakan bagian dari penguasa rezim Nazi bukanlah sebuah anugerah melainkan sebuah musibah dan dia benar-benar tidak memiliki pilihan, tekanan yang dia alami dalam keluarganya yang bahkan terkadang mengabaikannya hal itu sangat berat untuk kemudian ia lalui.
Bagaiman tidak keluarganya yang begitu mengagungkan militer cenderung lebih menyukai figur yang kuat, hebat dalam versi Nazi yang kadang menganggap sikap kejam dan arogan adalah sesuatu yang membanggakan dalam keluarga militer. Tapi hal tersebut bahkan tidak dimiliki oleh sosok Albrecth yang sebaliknya memiliki sifat humanis dan peduli, ia tidak menyukai kekerasan sehingga setiap kekecewaan yang dia rasakan dalam dirnya ia tumpahkan dalam setiap tulisannya dalam bentuk sastra. Ia bahkan tidak segan-segan melemparkan kritikan tajam pada ayahnya melalui karya sastra yang dibuatnya. Hal ini mungkin akan menunjukkan dengan jelas kedua karekter yang saling bertolak belakang dengan Fredrich yang memiliki ambisi yang kuat.
            Namun entah bagaimana dua karekter yang bertolak belakang dalam film tersebut, justru menjalin sebuah persahabatan yang sangat erat. Meski perbedaan begitu nampak namun sifat dan naluri dasar keduanya cenderung terikat satu sama lain. Sifat-sifat humanis yang mereka miliki mendorong terjadinya hubungan yang lebih intim.
           Karena perbedaan, Fredrich ingin menolong Albrecth untuk bersikap lebih tegar dan melewati masa sulitnya, sementara Albrecth ingin membuat Fredrich mengerti bahwa kekejaman bukan sebuah kebaikan, dan sepertinya ia ingin merubah hal tersebut seandainya dia mampu untuk melakukan hal itu, bahkan jika harus kehilangan segalanya.
          Sementara hubungan persahabatan yang kian terjalin erat, keduanya dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa tidak ada persahabatan untuk seorang calon pasukan elite Rezim Hitler selain ambisi untuk sebuah persembahan atas kebesaran Nazi yang dianut oleh Jerman saat itu. Sebuah kondisi yang harus mempertemukan dua sahabat untuk berhadap-hadapan dalam sebuah
pertarugan tinju yang dibuat oleh ayah Albrecht saat merayakan hari ulang tahun dikediamannya. Keadaan untuk memperlihatkan kepada Albrecht bahwa seerat apapun persahabatan dalam lingkaran tentara Nazi kalian harus tetap harus saling bertarung untuk memperlihatkan siapa sosok yang paling unggul, hal itu mungkin yang ingin ditunjukkan sang ayah kepada anaknya.
          Tapi sekali lagi bagi Albrecth itu adalah bentuk penolakan ayahnya atas dirinya yang tidak bisa menjadi figur yang membanggakan bagi oarang-orang yang berada dalam lingkaran Nazi. Karena paham Nazi tidak mengenal manusia yang lemah, penakut, dan pecundang. Serta menganggap hanya ras tertentu yang unggul atas ras yang lain. Karena itu mereka ingin membuktikan dengan menyingkirkan semua yang lemah dan hanya memberikan tempat kepada yang kuat. Hingga pada suatu malam seluruh siswa diangkatan mereka diturunkan untuk suatu misi pengejaran terhadap tahanan Rusia yang melarikan diri.
Mereka ditugaskan untuk menangkap buronana tapi pada saat dilapangan mereka hanya diperintahkan untuk membunuh seluruh boronan tesebut. Albrecth yang merasa ditipu atas aksi tersebut karena membunuh buron yang tidak lain hanya remaja seumuran mereka yang tanpa memiliki senjata adalah suatu ketidakadilan. Karena melakukan aksi penolakan atas perintah membunuh, yang secara tidak langsung juga ikut menyeret Fredrich kedalam permasalahan tersebut, meski Albrecht tidak menjalani hukuman atas penentangan tersebut karena merupakan anak dari pemimpin Partai Regional Nazi, tapi tidak demikian bagi Fredrich ia justru harus menjalani hukuman di Camp. Akademi. Walaupun beberapa teman mereka merasa terguncang atas peristiwa tersebut tapi sekali lagi bagi mereka tidak ada pilihan lain.
Maka, setelah kejadian tersebut Albrecth secara terang-terangan menyinggung aksi tersebut dalam tulisan karya sastranya yang secara garis besar mengatakan bahwa dirinya sedang berjuang melawan ketidakadilan dan kejahatan sementara pada kenyataannya dialah yang melakukan kejahatan itu sendiri. Akibat tulisan tersebut yang dianggap menyinggung dan merendahkan Perjuangan Nazi maka ayahnya dipanggil untuk memtuskan nasib Albrecth yang kemudian berakhir dengan keputusan hukuman bahwa dia akan dikirim sebagai tentara Waffen SS dalam Garda Terdepan untuk ikut melaksanakan peperangan di Front Timur.
           Mengetahui hal tersebut Fredrich mendatangi Albrecth dan menanyakan alasannya sehingga bersikap bodoh yang merugikan dirinya sendiri. Tapi Albrecth menjelaskan bahwa dia sedang berusaha menyelamatkan sesuatu meskipun itu hanya untuk dirinya sendiri, dan Fredrich merasa tidak sanggup menerima jika Albrecth harus dikirim dalam peperangan ia bahkan mengatakan pada
Albercth bahwa itu sangat egois dan artinya mereka bahkan sudah tidak bisa bersama lebih lama lagi. Dan itu merupakan tindakan bodoh yang harus mereka lalui. Hingga pada suatu pagi mereka mengikuti suatu latihan ketahanan fisik yang berakhir tragis, Albercth yang merasa sudah sangat muak dan benci dengan apa yang semua telah terjadi. Sama seperti yang dia ketahui bahwa terlahir dalam keluarga petinggi rezim yang kejam adalah musibah baginya. Dari segala hal tersebut tak ada pilihan untuknya sedikit pun selain dengan jalan bunuh diri.
          Maka melalui latihan ketahanan fisik tersebut Albrecth memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menenggelamkan diri ke dasar danau es yang sedang membeku, meskipun Fredrich mencoba menyelamatkannya namun itu sudah terlambat bagi Albrecth.
           Fredrich yang kemudian berduka atas meninggalnya Albercth mencoba mengajukan sebuah permohonan agar kematian Alberecth diberitakan oleh pihak akademi namun para elite monolak dengan alasan tidak ada tempat bagi siswa militer manapun yang meniggal karena bunuh diri dan bukan karena perjuangan atas Fuhrer, Tanah Air, dan Nasionalisme maka dia tidak layak masuk dalam berita perjuangan sekolah militer.


          
           
            Film ini kemudian menyuguhkan kepada kita akan kesadaran mendalam tentang sebuah hal yang mungkin terjadi dimana saja, bahwa kapan pun dan dimana pun berlangsung sebuah rezim dengan ambisi yang penuh kebrutalan akan sebuah kehausan untuk menguasai sebuah peradaban dengan memaksakan kepentingan tersebut tanpa memandang hak-hak dasar orang lain serta mengabaikan sisi-sisi humanisme, maupu kepedulian.
Hal itu akan melahirkan sebuah tragedi kemanusiaan yang mengerikan. Mari kita belajar dari hal ini bahwa tidak ada tempat bagi kekerasan, rasisme, terorisme, serta imperelisme dimanapun di bumi ini yang akan dipandang sebagai sesuatu yang dibenarkan dengan alasan apapun.
          Jangan lupa untuk menuliskan komentar agan sekalian dibawah ini yah, dan jika ingin menanyakan sesuatu secara langsung silakan klik di menu tab sebelah kanan atas atau langsung klik Contact Us yang sudah penulis sipkan. Bye...bye!!
Untuk mendownload film ini silakan, Klik di sini.
Previous
Next Post »

Coming Soon !